Hambatan Hambatan Dalam Belajar Forex


Hambatan dalam belajar Stres bisa diartikan sebagai ketegangan fisik dan mentalesternal karena tubuh memberikan respons terhadap tuntutan, tekanan, dan gangguan yang ada di sekelilingnya. Stres bisa dipicu kejadian tertentu, selain akibat pengaruh lingkungan. Boleh dibilang stres itu sendiri bak pisau dibelah dua. Di satu sisi bisa memacu motivasi belajar. Bukan tidak mungkin dalam kondisi tertentu, stres justru membuat anak merasa terpacu untuk belajar akibat adanya persaingan. Stres yang seperti ini bisa dibilang berdampak positif. Sementara di sisi lain bisa saja stres menghambat proses belajar. Dampak negatif muncul jika kadar stres sudah berlebihan (angústia). Akibatnya, daya tangkap anak menurun. Bisa dipahami, stres yang berlebihan tentu menimbulkan hambatan emosi yang selanjutnya mengusik kemampuan anak menyerap dengan baik informasi maupun stimulasi dari lingkungannya. Akibat lebih jauh, proses belajar anak mengalami keterlambatan. Jika seharusnya ia bisa memahami pelajaran sekitar 80-100 persen dari yang diberikan, maka gara-gara kesal, marah, dan frustrasi kemampuan belajarnya jadi jauh berkurang. Selain itu, fungsi kerja órgão-órgão tubuh anak akan ikut terganggu. Gejalanya berupa beragam gangguan psikosomatis dari sakit perut, sakit kepala, demam, gatal-gatal, mual, dan sebagainya. Berikut 2 hal yang umumnya menyebabkan anak stres: 1. Tuntutan terlalu tinggi Sejak bayi, orang tua pastilah berusaha merawat dan mengasuh anaknya supaya sehat dan cerdas. Beragam stimulasi dilakukan agar perkembangan anak bias otimizado. Tindakan ini awalnya jelas bertujuan baik, tapi jika berlebihan bisa membuat anak stres. Harapan orang tua yang terlalu tinggi membuat anak mudah frustrasi. Contohnya, bayi usia 6-7 bulan dituntut untuk belajar berjalan. Alih-alih bisa cepat berjalan, anak malah enggan turun ke lantai. Begitu juga saat menginjak usia sekolah. Wajar bila orang tua berharap anaknya menguasai beragam kemampuan. Menjadi tidak wajar jika dalam mewujudkan harapan tadi orang tua lantas menggenjot anaknya mengikuti kursus ini-itu. Tentu tak terlalu jadi masalah kalau e anak memang berminat sekaligus memiliki kemampuan di bidang tersebut. Akan tetapi bagaimana jika sebaliknya Tuntutan dan harapan yang tinggi bahkan kelewat tinggi malah bisa menjadi bumerang. Salah satunya, motivasi belajar anak merosot atau malah padam sama sekali. Contoh lain adalah orang tua yang mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan sistem dia inteiro semata-mata agar aktivitas belajarnya bisa terkontrol seharian. Padahal anak yang tak mampu mengikuti jam belajar yang lama atau panjang tentunya akan mengalami masalah. Bisa saja dia mogok sekolah gara-gara tak betah duduk manis. Ini akan terlihat dalam diri anak yang mengemukakan berbagai alasan agar bisa tidak masuk sekolah. Solusinya, tak ada jalan orang tua mesti tanggap terhadap apa pun yang dialami anak. Cari tahu sumber stresnya. Dalam hal ini, orang tua mesti bersedia berintrospeksi diri. Bukan tidak mungkin anak stres gara-gara harapan orang tua yang terlalu tinggi. Pahami juga kebutuhan, keinginan dan kemampuan anak. Dengan kata lain, jangan memaksakan kehendak kita pada anak. Pelabelan merupakan tindakan memberi rótulo atau ciri-ciri pada anak berdasarkan perilaku, sifat, atau bentuk fisiknya. Contohnya menyebut anak dengan label, si lele, si nakal, si malas, si hitam, si cengeng, si payah, dan sebagainya. Sebutan-sebutan negatif seperti itu asal tahu saja akan menghempaskan kebanggaan diri yang akhirnya membuat anak stres. Ironisnya, disadari atau tidak, anak yang kerap mendapat label-label negatif justru cenderung berperilaku sesuai dengan label yang ditempelkan padanya. Ya saya memang payah. Belajar apa chateado para enggak akan membuat saya pintar. Sungguh sayang jika potensi kecerdasan anak tidak terasah gara-gara ula orang tua memberi rótulo-etiqueta buruk kepadanya. Dampak pelabelan ini akan terasa saat anak menginjak usia prasekolah. Kenapa Karena saat itulah anak bisa memahami sepenuhnya makna rótulo yang diberikan kepadanya. Mulai saat ini, alangkah bijaksananya bila orang tua belajar menahan diri untuk tidak mengucapkan kata-kata yang bisa meruntuhkan harga diri anak. Yang tak kalah penting, jangan pernah membanding-bandingkan seorang anak dengan anak lainnya. Contohnya bila si bungsu tak sepintar si sulung. Simpan saja keinginan berkomentar, Tiru kakakmu itu lo yang selalu dapat nilai bagus Komentar-komentar tak sedap seperti itu hanya akan mengikis konsep diri anak. Fokuslah hanya pada kesalahankekurangan yang dilakukan anak dan bukan menyerang pribadinya. Kalau tulisannya kurang bagus, ya ajari bagaimana cara menulis yang benar agar hasilnya baik, tanpa harus mencapnya dengan sebutan negatif. LINGKUNGAN TIDAK KONDUSIF Rumah dikatakan sebagai lingkungan kondusif jika seluruh anggota keluarga maupun sarana fisik yang ada mendukung kegiatan belajar. Lingkungan rumah yang aman dan nyaman tentu akan membuat anak senang bereskplorasi karena tak ada bahayahambatan yang menghadang. Masalahnya, sering tidak disadari ada beberapa kebiasaan dan kondisi di rumah yang mengganggu proses belajar anak. Antara lain televisi yang menyala terus, kelewat banyak menugaskan anak melakukan pekerjaan rumah tangga, serta tidak tersedianya meja belajar dan kamar bersih dengan penerangan cukup. Hal-Hal tersebut pasti berpengaruh terhadap proses belajar anak. Lingkungan sosial seharusnya juga memberi dukungan pada perses belajar anak. Jika orang-orang dewasa di sekitar tempat tinggalnya tidak pernah mengenalkan waktu belajar yang terarah, juga rutinitas kehidupan yang teratur maka sedikit banyak akan membuat anak jadi malas belajar. Begitu pula jika anak-anak di lingkungan rumah tidak terbiasa menjalani disiplin waktu, maka besar kemungkinan anak kita akan terbawa menjadi seperti itu. Terlebih di usia sekolah, pengaruh teman jauh lebih kuat dibanding pengaruh orang tua. Ia mungkin tak kuasa menolak ajakan temannya bermain sepanjang waktu, geléia de melupakan istirahat serta jam belajarnya. Trauma bisa menghambat optimalisasi potensi yang dimiliki anak. Umpamanya, seorang anak sebenarnya berbakat dalam musik tapi karena ada pengalaman tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kegiatan bidang tersebut, ia akhirnya berusaha menjauh. Bisa karena guru musiknya yang tak ramah, suasana belajar yang tak menarik, dan sebagainya. Jangan heran kalau akhirnya potensi musikal e anak jadi tidak berkembang. Trauma juga bisa muncul akibat kekerasan yang dialami anak (abuso infantil). Anak yang sering bersentuhan dengan kekerasan, entah dari orang tua atau sosok terdekat lainnya, sangat mungkin mengalami hambatan emosi. Tanpa kemampuan mengekspresikan emosi, akan sulit bagi anak untuk mengembangkan diri. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi trauma, salah satunya dengan mengubah gaya pendekatan atau cara penyampaian materi. Kalaupun tetap tidak membuahkan hasil, mau tak mau anak harus dijauhkan dari si trauma de suco. SAKIT BERAT DAN GANGGUAN DI OTAK Penyakit berat yang kronis seperti jantung, diabetes, hemofilia, dan ginjal serta gangguan-gangguan serius lainnya pada otak memang bisa menghambat proses belajar anak menuju cerdas. Untuk anak dengan kondisi seperti itu, orang tua perlu memberikan perhatian lebih dan mungkin stimulasi khusus. Namun, hindari sikap yang dapat membuat cemburu adik atau kakaknya. Sesuaikan pula tuntutan orang tua terhadap anak dengan kondisi fisik dan mentalemosinya. Sumber: tabloid-nakita Penulis Tri Novida, Psi. Lembaga Psikologi dan Terapan Universitas Indonesia. A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Inggris adalah mata pelajaran inti yang dipelajari oleh semua jenjang pendidikan di Indonésia, formal atau informal mulai Dari Sekolah Dasar (SD) sampai Peguruan Tinggi. Mata pelajaran ini ditetapkan sebagai mata pelajaran yang mutlak wajib dipelajari, karena pada masa globalisasi saat ini pelajaran bahasa inggris merupakan mata pelajaran yang digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Diharapkan pada masa yang akan datang, dengan pengetahuan bahasa inggris siswa dapat berkompetisi dalam segala bidang. Mengingat pentingnya peranan Bahasa Inggris itu, maka pelajaran Bahasa Inggris di sekolah-sekolah sudah selayaknya mejadi perhatian yang sangat besar oleh pihak sekolah. Selama ini sebagian besar pendapat yang dikemukakan oleah para murid, bahwa mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang sulit bahkan menakutkan bagi mereka, tidak jarang siswa murid yang bolos tidak masuk pada pelajaran ini. Disisi lain terkadang murid hanya bersikap pasif saat belajar bahasa inggris. Dalam arti duduk, diam dan tanpa tahu apa yang sedang dipelajari. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan saja, kalau ingin generasi muda mampu bersaing di Era Globalisasi saat ini, terlebih dimasa yang akan datang. Karena tidak ada kemampuan dipelajaran tersebut. Oleh karena itu perlu ditelusuri penyebab siswa memiliki hambatan dalam mempelajari mata pelajaran Bahasa Inggris. Dengan harapan agar murid lebih bersemangat dan bergairah dalam mempelajari Bahasa Inggris. Hal inilah yang perlu dipikirkan dan dijerhatikan oleh pihak sekolah serta pengambil kebijakan. B. Tujuan dan Manfaat Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui hambatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan pemikiran untuk meminimalkan hambatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris dan meningkatkan pencapaian hasil belajar. C. Perumusan Masalah Supaya permasalahan yang kita hadapai itu dapat dengan mudah di identifikasi kan, maka permasalahan-permasalahan tersebut perlu dirumuskan. Adapun rumusan masalahnya adalah, sebagai berikut: 1. Apakah yang menyebabkan murid mengalami hambatan dalam mempelajari Bahasa Inggris 2. Bagaimana cara mengatasi hambatan murídio untuk mempelajari Bahasa Inggris Definição belajar menurut Fontana adalah sebuah proses perubahan yang relativo tetap dalam prilaku individual sebagai hasil dari pengalamam. Definitive tersebut memusatkan perhatian pada tiga hal. Yaitu: 61692 Bahwa belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan prilaku individuo 61692 Bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman 61692 Bahwa perubahan itu terjadi pada prilaku indivíduo yang mungkin Belajar dalam pengertian yang bersifat umum adalah usaha mencari pengetahuan dan pengalaman baru guna mengatasi masalah-masalah dalam hidupnya . Termasuk dalam pengertian ini adalah mencari untuk mendapatkan kecakapan-kecapakan baru. Menurut Cronbach yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata, mengatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan prilaku sebgai hasil (karena) pengalaman. Menurut Harold Spears. I am menyatakan belajar adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba, mendengarkan e mengikuti arahan (aprender a observar, ler, imitar, tentar algo, ouvir, seguir a direção). Sedangkan Mc. Geoh mengatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan dalam penampilan sebagai hasil (akibat) dari praktek (menjalankan sesuatu kegiatan aktivitas). Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik pokok-pokok pengertian yakni: 1) Belajar akan membawa (berakibat adanya) perubahan perilaku baik secara real pudpun potensial 2) Dengan Belajar seseorang akan mendapat kecakapan baru 3) Perubahan perilaku dan kecakapan baru itu didapatkan lewat suatu usaha Análise demikiana Sumadi Suryabrata. B. Hambatan-hambatan Dalam Belajar. Proses belajar yang dialami siswa tidak selalu lancar seperti yang diharapkan. Kadang-kadang mereka mengalami kesulitan atau hambatan yang betapapun kecilnya dapat mengganggu kelancaran belajar. Hambatan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Hambatan Yang Timbul di Diri Siswa Sendiri. Hambatan ini dapat bersifat: 1) Biologis, ialah hambatan yang bersifat jasmaniah: - Cacat tubuh, merupakan kekurangsempurnaan tubuh seperti patah kaki, patah tangan, kaki mengecil (polio), kurang pendengaran atau atun rungu, tuna netra, dapat mengganggu kelancaran belajar. Lebih jauh lagi dapat menimbulkan frustasi dan rasa rendah diri, yang jelas sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. - Kesehatan, seseorang yang sehat berarti terbebas dari penyakit. Badan yang kurang sehat dapat menyebabkan cepat lelah, mudah mengantuk, kurang bergairah dalam belajar yang akibatnya mengganggu kelancaran studi. 2) Psikologis ialah hambatan yang bersifat kejiwaan seperti: - Inteligensi. Siswa yang memiliki inteligensi rendah kemajuan belajarnya akan terhambat. - Bakat. Merupakan kemampuan untuk belajar yang baru kelihatan bila seseorang sudah belajar. Bakat ini sangat berpengaruh pada siswa yang belajar dan dalam satu bidang tertentu. - Minat. Merupakan salah satu factor yang ikut menentukan keberhasilan belajar. Siswa yang tidak berminat dalam mempelajari satu bidang tertentu akan susah mencapai prestasi yang baik. - Perhatian. Merupakan keaktifan jiwa yang ditunjukkan pada suatu objek tertentu. B. Hambatan yang timbul dari luar diri siswa. 1. Hambatan tersebut datang dari keluarga. - Sikap orang tua yang acuh, sikap memanjakan, terlalu melindungi, banyak membantu, terlalu menekan anak dengan disiplin yang ketat dapat menghambat kemajuan belajar. - Keadaan ekonomi keluarga juga berperan dalam mendukung keberhasilan belajar. - Hubungan yang tidak serasi antara anggota keluarga. 2. Sekolah. - Keadaan gedung ruang kelas yang tidak representante merupakan suatu tempat yang ikut menentukan berhasil tidaknya suatu pelajaran. - Waktu sekolah yang tidak sesuai untuk belajar. - Metode belajar mengajar yang tidak sesuai sangat menentukan efektivitas belajar. - Pekerjaan rumah yang terlampau banyak. - Sarana prasarana sekolah yang kurang juga dapat menghambat kemajuan belajar siswa. 3. Lingkungan sekitar. - Teman bergaul yang kurang baik. - Pengaruh media massa yang negativo. - Kegiatan organisasi yang terlampau banyak. C. Prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwall (1961) sebagai berikut: 1. Prinsip Kesiapan yaitu kondisi indivíduo yang memungkinkan ia dapat belajar. Yang termasuk klesiapan disini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor lain yang memungkinkan seorang dapar belajar. 2. Prinsip motivasi yaitu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatuar arah kegiatan itu, dan memelihara kesungguhan. 3. Prinsip persepsi yaitu interpretasi tentang situasi yang escondido. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yng lain. 4. Prinsip tujuan yaitu sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang. 5. Prinsip perbedaan individu 6. Prinsip transfer dan retensi. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain, proses tersebut dikenal sebagai proses transferência. Kemampuan seseorang untuk menggunakannya kembali hasil belajar disebut retensi. 7. Prinsip belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan keterampan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk prilaku baru. 8. Prinsip belajar efektif yaitu mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. 9. Prinsip belajar psikomotor yaitu menentukan bagaimana seseorang mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. 10. Prinsip evaluasi yaitu bagaimana menguji kemajuan dalam mencapai tujuan. Hambatan dalam belajar Stres bisa diartikan sebagai ketegangan fisik dan mentalariosional karena tubuh memberikan respons terhadap tuntutan, tekanan, dan gangguan yang ada di sekelilingnya. Stres bisa dipicu kejadian tertentu, selain akibat pengaruh lingkungan. Boleh dibilang stres itu sendiri bak pisau dibelah dua. Di satu sisi bisa memacu motivasi belajar. Bukan tidak mungkin dalam kondisi tertentu, stres justru membuat anak merasa terpacu untuk belajar akibat adanya persaingan. Stres yang seperti ini bisa dibilang berdampak positif. Sementara di sisi lain bisa saja stres menghambat proses belajar. Dampak negatif muncul jika kadar stres sudah berlebihan (angústia). Akibatnya, daya tangkap anak menurun. Bisa dipahami, stres yang berlebihan tentu menimbulkan hambatan emosi yang selanjutnya mengusik kemampuan anak menyerap dengan baik informasi maupun stimulasi dari lingkungannya. Akibat lebih jauh, proses belajar anak mengalami keterlambatan. Jika seharusnya ia bisa memahami pelajaran sekitar 80-100 persen dari yang diberikan, maka gara-gara kesal, marah, dan frustrasi kemampuan belajarnya jadi jauh berkurang. Selain itu, fungsi kerja órgão-órgão tubuh anak akan ikut terganggu. Gejalanya berupa beragam gangguan psikosomatis dari sakit perut, sakit kepala, demam, gatal-gatal, mual, dan sebagainya. Berikut 2 hal yang umumnya menyebabkan anak stres: 1. Tuntutan terlalu tinggi Sejak bayi, orang tua pastilah berusaha merawat dan mengasuh anaknya supaya sehat dan cerdas. Beragam stimulasi dilakukan agar perkembangan anak bias otimizado. Tindakan ini awalnya jelas bertujuan baik, tapi jika berlebihan bisa membuat anak stres. Harapan orang tua yang terlalu tinggi membuat anak mudah frustrasi. Contohnya, bayi usia 6-7 bulan dituntut untuk belajar berjalan. Alih-alih bisa cepat berjalan, anak malah enggan turun ke lantai. Begitu juga saat menginjak usia sekolah. Wajar bila orang tua berharap anaknya menguasai beragam kemampuan. Menjadi tidak wajar jika dalam mewujudkan harapan tadi orang tua lantas menggenjot anaknya mengikuti kursus ini-itu. Tentu tak terlalu jadi masalah kalau e anak memang berminat sekaligus memiliki kemampuan di bidang tersebut. Akan tetapi bagaimana jika sebaliknya Tuntutan dan harapan yang tinggi bahkan kelewat tinggi malah bisa menjadi bumerang. Salah satunya, motivasi belajar anak merosot atau malah padam sama sekali. Contoh lain adalah orang tua yang mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan sistem dia inteiro semata-mata agar aktivitas belajarnya bisa terkontrol seharian. Padahal anak yang tak mampu mengikuti jam belajar yang lama atau panjang tentunya akan mengalami masalah. Bisa saja dia mogok sekolah gara-gara tak betah duduk manis. Ini akan terlihat dalam diri anak yang mengemukakan berbagai alasan agar bisa tidak masuk sekolah. Solusinya, tak ada jalan orang tua mesti tanggap terhadap apa pun yang dialami anak. Cari tahu sumber stresnya. Dalam hal ini, orang tua mesti bersedia berintrospeksi diri. Bukan tidak mungkin anak stres gara-gara harapan orang tua yang terlalu tinggi. Pahami juga kebutuhan, keinginan dan kemampuan anak. Dengan kata lain, jangan memaksakan kehendak kita pada anak. Pelabelan merupakan tindakan memberi rótulo atau ciri-ciri pada anak berdasarkan perilaku, sifat, atau bentuk fisiknya. Contohnya menyebut anak dengan label, si lele, si nakal, si malas, si hitam, si cengeng, si payah, dan sebagainya. Sebutan-sebutan negatif seperti itu asal tahu saja akan menghempaskan kebanggaan diri yang akhirnya membuat anak stres. Ironisnya, disadari atau tidak, anak yang kerap mendapat label-label negatif justru cenderung berperilaku sesuai dengan label yang ditempelkan padanya. Ya saya memang payah. Belajar apa chateado para enggak akan membuat saya pintar. Sungguh sayang jika potensi kecerdasan anak tidak terasah gara-gara ula orang tua memberi rótulo-etiqueta buruk kepadanya. Dampak pelabelan ini akan terasa saat anak menginjak usia prasekolah. Kenapa Karena saat itulah anak bisa memahami sepenuhnya makna rótulo yang diberikan kepadanya. Mulai saat ini, alangkah bijaksananya bila orang tua belajar menahan diri untuk tidak mengucapkan kata-kata yang bisa meruntuhkan harga diri anak. Yang tak kalah penting, jangan pernah membanding-bandingkan seorang anak dengan anak lainnya. Contohnya bila si bungsu tak sepintar si sulung. Simpan saja keinginan berkomentar, Tiru kakakmu itu lo yang selalu dapat nilai bagus Komentar-komentar tak sedap seperti itu hanya akan mengikis konsep diri anak. Fokuslah hanya pada kesalahankekurangan yang dilakukan anak dan bukan menyerang pribadinya. Kalau tulisannya kurang bagus, ya ajari bagaimana cara menulis yang benar agar hasilnya baik, tanpa harus mencapnya dengan sebutan negatif. LINGKUNGAN TIDAK KONDUSIF Rumah dikatakan sebagai lingkungan kondusif jika seluruh anggota keluarga maupun sarana fisik yang ada mendukung kegiatan belajar. Lingkungan rumah yang aman dan nyaman tentu akan membuat anak senang bereskplorasi karena tak ada bahayahambatan yang menghadang. Masalahnya, sering tidak disadari ada beberapa kebiasaan dan kondisi di rumah yang mengganggu proses belajar anak. Antara lain televisi yang menyala terus, kelewat banyak menugaskan anak melakukan pekerjaan rumah tangga, serta tidak tersedianya meja belajar dan kamar bersih dengan penerangan cukup. Hal-Hal tersebut pasti berpengaruh terhadap proses belajar anak. Lingkungan sosial seharusnya juga memberi dukungan pada proses belajar anak. Jika orang-orang dewasa di sekitar tempat tinggalnya tidak pernah mengenalkan waktu belajar yang terarah, juga rutinitas kehidupan yang teratur maka sedikit banyak akan membuat anak jadi malas belajar. Begitu pula jika anak-anak di lingkungan rumah tidak terbiasa menjalani disiplin waktu, maka besar kemungkinan anak kita akan terbawa menjadi seperti itu. Terlebih di usia sekolah, pengaruh teman jauh lebih kuat dibanding pengaruh orang tua. Ia mungkin tak kuasa menolak ajakan temannya bermain sepanjang waktu, geléia de melupakan istirahat serta jam belajarnya. Trauma bisa menghambat optimalisasi potensi yang dimiliki anak. Umpamanya, seorang anak sebenarnya berbakat dalam musik tapi karena ada pengalaman tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kegiatan bidang tersebut, ia akhirnya berusaha menjauh. Bisa karena guru musiknya yang tak ramah, suasana belajar yang tak menarik, dan sebagainya. Jangan heran kalau akhirnya potensi musikal e anak jadi tidak berkembang. Trauma juga bisa muncul akibat kekerasan yang dialami anak (abuso infantil). Anak yang sering bersentuhan dengan kekerasan, entah dari orang tua atau sosok terdekat lainnya, sangat mungkin mengalami hambatan emosi. Tanpa kemampuan mengekspresikan emosi, akan sulit bagi anak untuk mengembangkan diri. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi trauma, salah satunya dengan mengubah gaya pendekatan atau cara penyampaian materi. Kalaupun tetap tidak membuahkan hasil, mau tak mau anak harus dijauhkan dari si trauma de suco. SAKIT BERAT DAN GANGGUAN DI OTAK Penyakit berat yang kronis seperti jantung, diabetes, hemofilia, dan ginjal serta gangguan-gangguan serius lainnya pada otak memang bisa menghambat proses belajar anak menuju cerdas. Untuk anak dengan kondisi seperti itu, orang tua perlu memberikan perhatian lebih dan mungkin stimulasi khusus. Namun, hindari sikap yang dapat membuat cemburu adik atau kakaknya. Sesuaikan pula tuntutan orang tua terhadap anak dengan kondisi fisik dan mentalemosinya. Sumber: tabloid-nakita Penulis Tri Novida, Psi. Lembaga Psikologi dan Terapan Universitas Indonesia. A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Inggris adalah mata pelajaran inti yang dipelajari oleh semua jenjang pendidikan di Indonésia, formal atau informal mulai Dari Sekolah Dasar (SD) sampai Peguruan Tinggi. Mata pelajaran ini ditetapkan sebagai mata pelajaran yang mutlak wajib dipelajari, karena pada masa globalisasi saat ini pelajaran bahasa inggris merupakan mata pelajaran yang digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Diharapkan pada masa yang akan datang, dengan pengetahuan bahasa inggris siswa dapat berkompetisi dalam segala bidang. Mengingat pentingnya peranan Bahasa Inggris itu, maka pelajaran Bahasa Inggris di sekolah-sekolah sudah selayaknya mejadi perhatian yang sangat besar oleh pihak sekolah. Selama ini sebagian besar pendapat yang dikemukakan oleah para murid, bahwa mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang sulit bahkan menakutkan bagi mereka, tidak jarang siswa murid yang bolos tidak masuk pada pelajaran ini. Disisi lain terkadang murid hanya bersikap pasif saat belajar bahasa inggris. Dalam arti duduk, diam dan tanpa tahu apa yang sedang dipelajari. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan saja, kalau ingin generasi muda mampu bersaing di Era Globalisasi saat ini, terlebih dimasa yang akan datang. Karena tidak ada kemampuan dipelajaran tersebut. Oleh karena itu perlu ditelusuri penyebab siswa memiliki hambatan dalam mempelajari mata pelajaran Bahasa Inggris. Dengan harapan agar murid lebih bersemangat dan bergairah dalam mempelajari Bahasa Inggris. Hal inilah yang perlu dipikirkan dan dijerhatikan oleh pihak sekolah serta pengambil kebijakan. B. Tujuan dan Manfaat Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui hambatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan pemikiran untuk meminimalkan hambatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris dan meningkatkan pencapaian hasil belajar. C. Perumusan Masalah Supaya permasalahan yang kita hadapai itu dapat dengan mudah di identifikasi kan, maka permasalahan-permasalahan tersebut perlu dirumuskan. Adapun rumusan masalahnya adalah, sebagai berikut: 1. Apakah yang menyebabkan murid mengalami hambatan dalam mempelajari Bahasa Inggris 2. Bagaimana cara mengatasi hambatan murídio untuk mempelajari Bahasa Inggris Definição belajar menurut Fontana adalah sebuah proses perubahan yang relativo tetap dalam prilaku individual sebagai hasil dari pengalamam. Definitive tersebut memusatkan perhatian pada tiga hal. Yaitu: 61692 Bahwa belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan prilaku individuo 61692 Bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman 61692 Bahwa perubahan itu terjadi pada prilaku indivíduo yang mungkin Belajar dalam pengertian yang bersifat umum adalah usaha mencari pengetahuan dan pengalaman baru guna mengatasi masalah-masalah dalam hidupnya . Termasuk dalam pengertian ini adalah mencari untuk mendapatkan kecakapan-kecapakan baru. Menurut Cronbach yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata, mengatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan prilaku sebgai hasil (karena) pengalaman. Menurut Harold Spears. I am menyatakan belajar adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba, mendengarkan e mengikuti arahan (aprender a observar, ler, imitar, tentar algo, ouvir, seguir a direção). Sedangkan Mc. Geoh mengatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan dalam penampilan sebagai hasil (akibat) dari praktek (menjalankan sesuatu kegiatan aktivitas). Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik pokok-pokok pengertian yakni: 1) Belajar akan membawa (berakibat adanya) perubahan perilaku baik secara real pudpun potensial 2) Dengan Belajar seseorang akan mendapat kecakapan baru 3) Perubahan perilaku dan kecakapan baru itu didapatkan lewat suatu usaha Análise demikiana Sumadi Suryabrata. B. Hambatan-hambatan Dalam Belajar. Proses belajar yang dialami siswa tidak selalu lancar seperti yang diharapkan. Kadang-kadang mereka mengalami kesulitan atau hambatan yang betapapun kecilnya dapat mengganggu kelancaran belajar. Hambatan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Hambatan Yang Timbul di Diri Siswa Sendiri. Hambatan ini dapat bersifat: 1) Biologis, ialah hambatan yang bersifat jasmaniah: - Cacat tubuh, merupakan kekurangsempurnaan tubuh seperti patah kaki, patah tangan, kaki mengecil (polio), kurang pendengaran atau atun rungu, tuna netra, dapat mengganggu kelancaran belajar. Lebih jauh lagi dapat menimbulkan frustasi dan rasa rendah diri, yang jelas sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. - Kesehatan, seseorang yang sehat berarti terbebas dari penyakit. Badan yang kurang sehat dapat menyebabkan cepat lelah, mudah mengantuk, kurang bergairah dalam belajar yang akibatnya mengganggu kelancaran studi. 2) Psikologis ialah hambatan yang bersifat kejiwaan seperti: - Inteligensi. Siswa yang memiliki inteligensi rendah kemajuan belajarnya akan terhambat. - Bakat. Merupakan kemampuan untuk belajar yang baru kelihatan bila seseorang sudah belajar. Bakat ini sangat berpengaruh pada siswa yang belajar dan dalam satu bidang tertentu. - Minat. Merupakan salah satu factor yang ikut menentukan keberhasilan belajar. Siswa yang tidak berminat dalam mempelajari satu bidang tertentu akan susah mencapai prestasi yang baik. - Perhatian. Merupakan keaktifan jiwa yang ditunjukkan pada suatu objek tertentu. B. Hambatan yang timbul dari luar diri siswa. 1. Hambatan tersebut datang dari keluarga. - Sikap orang tua yang acuh, sikap memanjakan, terlalu melindungi, banyak membantu, terlalu menekan anak dengan disiplin yang ketat dapat menghambat kemajuan belajar. - Keadaan ekonomi keluarga juga berperan dalam mendukung keberhasilan belajar. - Hubungan yang tidak serasi antara anggota keluarga. 2. Sekolah. - Keadaan gedung ruang kelas yang tidak representante merupakan suatu tempat yang ikut menentukan berhasil tidaknya suatu pelajaran. - Waktu sekolah yang tidak sesuai untuk belajar. - Metode belajar mengajar yang tidak sesuai sangat menentukan efektivitas belajar. - Pekerjaan rumah yang terlampau banyak. - Sarana prasarana sekolah yang kurang juga dapat menghambat kemajuan belajar siswa. 3. Lingkungan sekitar. - Teman bergaul yang kurang baik. - Pengaruh media massa yang negativo. - Kegiatan organisasi yang terlampau banyak. C. Prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwall (1961) sebagai berikut: 1. Prinsip Kesiapan yaitu kondisi indivíduo yang memungkinkan ia dapat belajar. Yang termasuk klesiapan disini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor lain yang memungkinkan seorang dapar belajar. 2. Prinsip motivasi yaitu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatuar arah kegiatan itu, dan memelihara kesungguhan. 3. Prinsip persepsi yaitu interpretasi tentang situasi yang escondido. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yng lain. 4. Prinsip tujuan yaitu sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang. 5. Prinsip perbedaan individu 6. Prinsip transfer dan retensi. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain, proses tersebut dikenal sebagai proses transferência. Kemampuan seseorang untuk menggunakannya kembali hasil belajar disebut retensi. 7. Prinsip belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan keterampan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk prilaku baru. 8. Prinsip belajar efektif yaitu mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. 9. Prinsip belajar psikomotor yaitu menentukan bagaimana seseorang mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. 10. Prinsip evaluasi yaitu bagaimana menguji kemajuan dalam mencapai tujuan.

Comments

Popular posts from this blog

Best Moving Average For Trend Following

Citi Hires Fx Options Director

Inside Bar Pattern Forex Trading (2)